Hal ini menyebabkan para perokok beralih membeli produk yang harganya lebih murah. Bahkan tak sedikit pula beralih ke rokok ilegal demi memuaskan lidahnya.
Alhasil, rokok merek-merek terkenal dari perusahaan besar mulai ditinggalkan.
"Turunnya daya beli mengakibatkan mayoritas konsumen berpindah kepada merek-merek yang lebih murah, termasuk rokok ilegal yang semakin banyak beredar," jelasnya.
Kedua, ia melihat ada pergeseran selera dari generasi muda kelas menengah. Mereka lebih memilih menggunakan rokok elektrik yang saat ini lebih mudah dibawa dan 'lebih' diterima di berbagai tempat.
Pergeseran itu juga membawa dampak ke kinerja industri rokok.
"Ada pergeseran selera dari generasi muda kelas menengah. Kelompok ini 'prefer' rokok elektrik. Sehingga rokok bermerek seperti GG mengalami dua tekanan, yakni penurunan permintaan dari konsumen tradisional dan tidak berkembangnya pasar baru di segmen anak muda," terangnya.
Ketiga, kenaikan cukai yang terus menerus, terutama rokok bermerek. Kenaikan membuat harga rokok semakin terbang. Padahal di sisi lain, pendapatan konsumen lamanya tak naik secara signifikan.
"Sehingga rokok-rokok bermerek kalah bersaing di pasaran rokok nasional," imbuhnya.
Keempat, kampanye antirokok yang berhasil. Meski perannya tak terlalu besar dalam menekan konsumsi rokok, namun tetap ada pengaruhnya terhadap berkurangnya konsumen rokok di Tanah Air.