Beijing dan Tokyo telah mengadakan tiga putaran pembicaraan sejak Maret 2025 mengenai masalah impor produk akuatik tersebut sebelum mencapai kesepakatan mengenai "persyaratan teknis" yang diperlukan agar ekspor makanan laut Jepang ke China dapat dimulai kembali, kata Kementerian Luar Negeri Jepang.
China dulunya merupakan pasar luar negeri terbesar untuk makanan laut Jepang, yang mencakup lebih dari seperlima dari ekspor makanan lautnya, diikuti oleh Hong Kong. Larangan impor produk akuatik dari Jepang sejak 24 Agustus 2023 tersebut menjadi pukulan bagi industri perikanan Jepang.
Tokyo Electric Power Company Holdings, yang mengoperasikan pembangkit listrik negara nuklir Fukushima Daiichi, telah mengatakan akan memberikan kompensasi yang sesuai kepada pemilik bisnis Jepang atas kerugian akibat larangan ekspor itu.
PLTN Fukushima rusak parah karena gempa bumi dan tsunami pada 2011. Air limbah dari PLTN kemudian diolah dan diencerkan dengan air laut untuk mengurangi komponen radiaktif sebanyak mungkin sebelum mulai dibuang ke laut pada Agustus 2023.
Masyarakat baik di dalam maupun di luar Jepang memprotes pembuangan air limbah tersebut. Kelompok nelayan Jepang mengatakan bahwa mereka khawatir hal itu akan semakin merusak reputasi makanan laut mereka. Kelompok-kelompok di China dan Korea Selatan juga menyampaikan kekhawatirannya.