CARAPANDANG – Dosen departemen ilmu ekonomi Universitas Andalas Profesor Syafruddin Karimi meminta agar pemerintah Indonesia realistis terhadap ancaman tarif 0 persen untuk Amerika Serikat (AS) terutama dalam sektor impor pangan.
Pasalnya, barang impor pangan dari AS bukanlah hasil petani kecil, tapi yang kita hadapi adalah korporasi besar.
"Yang masuk ke Indonesia bukanlah hasil panen dari petani kecil yang bekerja di ladang dua atau tiga hektare, seperti yang banyak kita jumpai di desa-desa kita," ujarnya kepada wartawan, Minggu, 20 Juli 2025.
Menurutnya ini harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah Indonesia. "Yang masuk adalah produk korporasi raksasa pertanian di AS—entitas besar yang mendapat subsidi negara dalam skala masif," tegasnya.
Selanjutnya dia mengatakan bahwa pemerintah AS menyuntikkan miliaran dolar setiap tahun ke dalam sistem pertaniannya, mulai dari subsidi langsung, asuransi hasil panen, hingga program pembelian surplus yang menjaga harga tetap menguntungkan bagi korporasi.
"Ini adalah mesin produksi pangan industri, bukan sistem pertanian rakyat seperti yang kita miliki," katanya.
Oleh karena dia meminta agar pemerintah Indonesia harus realistis memberikan tarif 0 persen kepada AS. Sebab, saat ini di pemerintahan Prabowo sedang gencar-gencarnya mewujudkan swasembada pangan.